Beranda > Kuliner, Visit Malang City > Nasi Goreng Mawut Kasin, Pesona Bohemian dalam Sepiring Nasi

Nasi Goreng Mawut Kasin, Pesona Bohemian dalam Sepiring Nasi

Pernah dengar nasi goreng “resek” (sampah)? Itu adalah salah satu kuliner khas di kota Malang. Letaknya di sekitar perempatan kasin. Tapi saya sarankan jangan terlalu sering menyebut nasi goreng resek, apalagi di depan penjualnya. Bisa jadi bukan layanan ramah yang anda dapatkan, tapi sabetan kain serbet di muka yang anda terima. He he he.

Nama asli dari kuliner ini adalah Nasi goreng Mawut Kasin. Awal mula mendapat julukan nasi goreng resek adalah karena cara masakanya yang terkesan arogan dan asal-asalan. Penggorengannya berukuran raksasa. Seperti yang biasa dijumpai di kamp pengungsian. Pada saat memasak sang bapak penjualnya kemudian memasukkan nasi, kol, mie kuning, tauge, kecap, dll dalam jumlah yang amat banyak. Setelah bahan-bahan itu dimasukkan dalam penggorengan kemudian diaduk dengan pengaduk yang tentunya berukuran ekstra juga. Mirip lah dengan cara ngaduk gula saat pembuatan dodol.

Rasa dari nasi goreng ini bisa dibilang enak tapi tidak terlalu istimewa. Malah kalau menurut pendapat saya rasanya kurang mengimbangi penampilannya yang bohemian itu. Cenderung soft dan mengalir apa adanya.

Saat memesan biasanya anda akan ditawari, “ndamel ulam nopo mboten?”. Atau kalau dalam bahasa Indonesia,”pakai lauk apa tidak?’. Kalau memilih memakai lauk maka anda akan mendapat tambahan ampela ati.

Sebagai peringatan penting, bagi anda yang tidak kuat pedas, sisir dulu ranjau yang tersebar pada nasi ini. Ranjau yang saya maksud adalah cabe hijau. Karena bisa jadi anda tidak menyadari bila mengunyah ranjau-ranjau biologis itu. Dan bisa dirasakan sendiri akibatnya.

Sebagai anjuran terakhir, saya sarankan untuk tidak membungkus nasi ini. Ataupun kalau terpaksa, jangan dibiarkan terlalu lama dalam bungkusan. Karena sseringkali nasi ini kehilangan rasa saat dibiarkan dibungkus terlalu lama. Dan memang jauh lebih baik memakan langsung nasi goreng ini di kedainya.

  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar