Arsip

Archive for Februari, 2013

A Good Day to Die Hard : Saatnya memporak-porandakan Moskow

Februari 15, 2013 Tinggalkan komentar

John & Jack McClane
Gambar dari : http://cdn-static.denofgeek.com

Bagi penggemar Die Hard, jika mendengar nama John McClane pasti yang terbayang adalah tembak-tembakan dan perkelahian yang brutal dengan para penjahat. Ya… dan itulah memang yang disajikan dalam A Good Day to Die Hard. Bahkan terkesan lebih ekstrem dari film-film sebelumnya.

Kalau sebelumnya di Die Hard ke 4, John bertemu dengan Lucy Genaro anak perempuannya, kini John berusaha mencari Jack anak keduanya. Untuk mecari si buah hati yang lama tidak dia jumpai, John harus pergi ke Rusia. Karena seorang rekannya memberi tahu John, kalau Jack terjerat khasus pembunuhan di negeri eks Uni Sovyet tersebut.

Niat John yang hanya sekedar bertemu dan memberi support anaknya dalam menghadapi pengadilan ternyata berbuntut panjang. Sang anak yang selama ini hanya dikenalnya sebagai bocah bengal tak disangka menyembunyikan rahasia lain. Jack adalah seorang agen CIA yang tengah ditugaskan untuk mengusut khasus besar Komarov, sang ilmuan nuklir.

John pada akhirnya harus ikut dalam misi yang diemban oleh anaknya. Dan sebagaimana terjadi sebelumnya, Saat McClane bertindak maka akan terjadi aksi ekstrem. Duo McClane pun memporak-porandakan Moscow.

Sebagai fans berat Die Hard, saya merasa film kelima ini adalah film paling lemah dalam segi cerita. Okelah dari segi action memang inilah yang paling “gila”. Tapi banyak ciri khas Die Hard yang dihilangkan di sini. Sebutlah karakter musuh yang punya karakter kuat seperti Hans Gruber (Die Hard 1) atau Simon Gruber (Die Hard : With a vengace). Di A Good Day to Die Hard John McClane seperti tak punya musuh yang bisa membuat dia kelimpungan.

Satu hal yang hilang di Die Hard kelima ini adalah peran karakter pembantu yang dihilangkan. Tentu kita masih ingat di film pertama hingga ke empat, McClane selalu ditemani sosok “kalem” dalam memberantas teroris. Sebutlah Dwayne T. Robinson di Die Hard pertama sebagai polisi yang simpatik. Atau Samuel L. Jackson sebagai Zeus Carver si penjaga toko yang ahli memecahkan teka-teki di film ke tiga.

Nilai 6.5/10

Jogja TRIP : [Chapter 3.0] Singgah di Kunthi

Februari 4, 2013 Tinggalkan komentar

Jon….. Siap-siap! Udah sampai Lempuyangan”

Si Micky mengirimkan pesan pendek dari gerbong sebelah. Saya segera mengambil tas di bawah bangku kereta. Deg-degan juga rasanya. Bayangkan, saya terakhir ke Jogja saat kelas 6 SD dalam acara rekreasi perpisahan sekolah. Itu sekitar 15 tahun silam, tepatnya di tahun 1997.

Walau hanya sehari di sana, namun hawa Jogja benar-benar nancep di ingatan saya. Saat SMP, SMA, hingga kuliah saya ingin sekali ke Jogja lagi. Tapi apa daya gak ada yang ngajak. Sudah saya jelaskan di awal, bahwa Agorafobia telah membuat saya tidak berani untuk bepergian. Termasuk ke Jogja. Kota favorit saya setelah Malang.

Kerinduan akan Jogja semakin menjadi disaat FTV yang tayang di SCTV mengambil setting di kota gudeg itu. Dan lagi-lagi saya hanya bisa berangan-angan suatu saat bisa ke sana. Tapi kali ini, saya benar-benar di Jogja….. Yeaaaahhh.

“Jon Jogja Jon…,” ujar Micky begitu kami turun dari kereta.

“Yoi boy…. saatnya berpetualang. Tapi kita sholat dulu, cari makan, lalu cari penginepan!”

“Siiiip…”

Setelah sholat saya dan Micky segera mencari makanan untuk sekedar mengisi perut. Tadi di kereta tidak berani beli makanan karena takut ongkos perjalanan habis di awal. Lagipula kami memang ingin merasakan lezatnya kuliner khas kota jogja.

Menurut buku pedoman yang saya beli dari Gramedia, harga makanan di Malioboro cukupan nonjok. Jadi kalau pengen makanan yang agak murah mending cari di tempat lain. Kebetulan saya nemu yang jualan nasi campur di Jl. Mataram. Untuk ukuran PKL, rasa kuah Jangan-nya bener-bener sedap. Dan tahu saya habis berapa untuk sepiring nasi campur dengan telur, plus dua gelas es teh? Enam ribu lima ratus. Murah biiangettt.

Selesai mengisi perut, saya mengajak Micky untuk mencari penginapan. Pegel juga bawa tas kemana-mana. Apalagi saya agak migrain. Migrain ini mungkin karena saya belum kramas. Sehingga keringat di kepala jadi mengendap dan bikin pori-pori tersumbat. Eh iya…. bahkan saya belum mandi loh. Tapi baunya tetep maskulin kok. Campuran antara bau domba jantan dipadukan dengan cuka masak. Dengan aroma seperti ini mana mungkin wanita gak klepek-klepek. Semaput maksudnya.

Hotel pertama yang kami tuju adalah di perempatan Jl. Gandekan Lor. Tapi begitu melihat price list-nya, saya dan Micky langsung mengernyitkan dahi. Masa 160ribu untuk 8 jam. Ediaaaan.

Merasa hotel memang tidak bersahabat dengan kantong kami, saya mengajak Micky untuk mencari losmen atau rumah singgah saja. Dan kami mencari di kawasa Dagen.

Saat berjalan di kawasan Dagen, begitu banyak tukang becak yang menghampiri kami untuk menawarkan penginapan. Tapi kok harganya bikin pengen nampol orang ya? Akhirnya kami memutuskan mencari sendiri.

Belum sempat semenit kami berniat, masih bilang nawaitu, eh depan mata sudah terpampang papan nama “Penginapan Kunthi”. Saya pandang-pandangan sama Micky. Bukan karena kita saling suka sih…eh. Tapi sama-sama ragu, jangan-jangan harganya sama nonjoknya dengan yang sudah-sudah. Namun berhubung pundak kami sudah sangat pegel akhirnya nekat saja lah.

Saya segera bertanya pada mas-mas resepsionis di ruang lobi. Satu kamar paling sederhana dibandrol 120ribu rupiah per 24 jam-nya. Si mas sih bilang karena ini hari libur harganya naik 30-40%. Iya sih, sebelum berangkat salah seorang temen kantor saya pernah bilang kalau harga penginaan di jogja bisa naik drastis saat liburan panjang.

Daripada banyak membuang waktu, saya dan Micky akhirnya sepakat untuk menginap di Kunthi. Mas-mas resepsionis segera mengantar ke kamar yang kami sewa. Begitu sampai di kamar yang tidak jauh dari loby, saya langsung shock, pucet pasi. Ranjangnya cuma satu…. Gedhe sih. Tapi tetep aja satu. Kampret.

“Jon…. sepulangnya dari Jogja aku mau melamar gadis. Plis Jon, jangan jamah aku,” ujar Micky sambil menunjukkan raut wajah yang kunyuk banget.

“Najiiiiiisssss,”

“Sabar jon…. sabar…. guyon. BTW lihat Brokeback Mountain dulu yuk,”

Ndiaassmu…….

Waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Kami segera mandi dan ganti baju. Bener emang, Jogja panas. Sepanas kalau liat gebetan jalan sama cowok lain. Saking panasnya saya mulai merasakan migrain yang saya rasakan makin menjadi. Sepertinya saya memang butuh istirahat dulu.

Sembari merebahkan badan, saya bilang ke Micky agar kami berangkat setelah Ashar saja. Micky menganggukkan kepala sambil terus sibuk sms-an dengan orang yang jauh di sana.