Arsip

Archive for November, 2012

My Picnic Story (Chapter 01) : Bajulmati Beach

November 18, 2012 8 komentar

“Bayangin! Bayangin! Pasti keren kalau kalian yang cewe ke Pantai pakai gaun warna putih dengan topi kaya punya Ajeng…. berjalan di sepanjang pantai dan dihempas angin laut yang menggoda…. wiuuuuh kaya di film Korea.” ujarku pada Rijal, Lita dan Nora di hadapanku.

“Yah kalau mau putih pakai mukenah aja mas.” tiba-tiba Fila dari dalam kamar nyletuk seenaknya. Jujur banget ya, nih anak selalu bikin momen sentimentil jadi kacau gara-gara omongannya yang absurd ~__~”. Sekarang bayangin ke pantai pakai mukenah itu kaya apa jadinya?

“Ih mbak ajeng pake topi itu jadi kaya tukang ngamen.” Cletukan Fila makin semena-mena. Sontak Ajeng yang dari tadi sibuk memadankan sudut topi pantainya di depan kaca jadi uring-uringan.

Tapi walau suasana pagi yang cerah sedikit ternoda dengan omongan Fila, tetap saja ini hari yang menyenangkan bagi kelompok arisan kami. Karena hari ini Piknik ke pantai. Yuhuuuuuuu….

Sudah lama juga sih gup arisanku tidak bertamasya. Terakhir saat mas Maharf masih di Malang. Kalau gak salah itu sebelum puasa. Itulah kenapa begitu ada momen tanggal merah di kalender, kami kalap merencanakan piknik yang murah meriah.

Tak beberapa lama, Pepenk sebagai driver proffesional (pengen nyebut supir gak tega) datang membawa mobil rental yang sudah kami sewa sebelumnya. Berangkat dari rumah Ajeng, tujuh orang. Aku, Rijal, Pepeng, Lita, Ajeng, Fila dan Nora. Sementara Destria dijemput langsung di rumahnya dikarenakan alamatnya berada di City Side (Pinggiran he he he he).

Tujuan piknik kami kali ini adalah ke pantai Bajulmati. Salah satu pantai yang terletak wilayah Malang Selatan (kurang lebih 60 km dari Kota). Untuk mencampainya dibutuhkan sekitar 2 – 3 jam perjalanan dengan mobil atau 1,5 – 2 jam kalau pakai motor. Kondisi jalan yang ditempuh pun terbilang sangat baik. Hanya saja perlu sedikit kewaspadaan ekstra karena tikungannya meliuk-liuk kaya jogednya Inul Daratista….Bukak sithik joosssss (Oh please…..). Tapi ciyusss loh! Beruntung aku duduk di jok depan dan menguasai tape/radio mobil. Sehingga lagu yang diputar semuanya adalah seleraku ho ho ho ho. No Koplo, No Underground, No Women…. Nemeeeen. Yang lainnya sih sempat bete karena kebiasaanku yang suka mengganti-ganti musik seenaknya. Sori Guuuuyssss.

Sekitar 5 km (kalau gak salah….. ya bener) dari tujuan, terbentanglah jembatan Bajulmati. Jembatan seharga 35 Milliar lebih ini terbilang sangat keren. Yakin deh, siapapun yang lewat bakalan tergoda untuk foto-foto. Buktinya begitu sampai di jembatan ini, kami pun kalap jepret sana-sini dengan pose yang amat sangat unyu cetar membahana badai…. U la la.

Tak beberapa lama setelah puas mempermalukan diri di depan kamera, akhirnya kami sampai di Pantai Bajulmati. Ongkos masuk per orang Rp. 5000,- dan parkir mobil Rp. 5000,- juga. Termasuk murah untuk pemandangan pantai yang luar biasa indahnya.

Semilir angin pantai ini benar-benar membuat jantungku berdegup kencang. Entah darimana datangnya, tiba-tiba soundtrack serial drama Jepang Beach Boys serasa mengalun. Kubayangkan diriku bak Takeshi Sorimachi. Bedanya Takeshi Sorimachi punya perut sixpack, sementara sixpack-ku tertutup timbunan lemak…. #bedatipis.

Kulihat teman-temanku yang dalam perjalanan tadi sedikit ngantuk jadi kembali bergairah. Semua perlengkapan piknik kami keluarkan. Kami pilih spot paling asik untuk menggelar tikar biru milikku yang biasa dipakai ibuku untuk pengajian. Sementara itu Nora sibuk dengan kompor mini milik karang taruna Pandanwangi (Damn….. I love this Kelurahan) yang dia pinjam.

“Wooohooooooooo………….” si Lita teriak-teriak mirip Wiro Sableng. Mumpung gak ada mahasiswanya jadi dia gak perlu jaim, katanya. Karena profesinya sebagai Dosen menuntutnya untuk jaim, apalagi saat bangku perkuliahan. Saya sih mikir akan lucu juga kalau gak sengaja ada mahasiswa Lita tiba-tiba nongol dan menjumpai dosennya lagi heboh kaya gitu ha ha ha ha ha.

Perlu diakui Pantai Bajulmati ini punya pemandangan yang sangat indah. Suasananya gak terlalu ramai sehingga pantainya bisa terbilang bersih. Warna pasir yang coklat keemasan dikombinasikan dengan warna biru laut dan langit semakin mempercantik suasana. Karang-karang yang berdiri kokoh bak gerbang antar dimensi jadi satu panorama yang jarang ditemui di tempat lain. Walau ombak terbilang deras, tapi ada salah satu spot di bagian barat pantai yang nyaman untuk di buat berbincang. Dan disinilah aku dan teman-temanku saling berbicara dari hati ke hati. Biarlah masalah yang ada ikut tersapu ombak. Dan momen di Pantai Bajulmati ini akan masuk dalam salah satu cerita kami. Dimana anak cucu kami bisa menikmati betapa indahnya pertemanan kami.

Bentar…… di awal menulis agak gokil tapi akhir-akhir agak syahdu ya? Ha ha ha ha. Namanya juga hidup, harus ada variasi. Ini adalah piknik pertama kami. Mungkin belum sesempurna yang kubayangkan, tapi tetap jadi salah satu momen paling menyenangkan. Walau Nora dan Lita sewot dengan wajah mereka yang berubah belang, dan aku juga protes kenapa antara sesudah dan sebelum berjemur tetep saja hitam. I love this moment so much

Pahlawan dan Kita

November 9, 2012 Tinggalkan komentar
Tribute to Pak Zuri

Pak Zuri

“Alhamdulillah, saya tunggu-tunggu mas,” ujar Pak Zuri. Dia tampak senang dengan kedatangan saya di rumah kecilnya.

“Maklum mas, mau saya buat beli Iqro’ untuk anak-anak TPQ. Lah mereka pada gak mampu beli sendiri,” imbuhnya.

Pak Zuri adalah seorang guru ngaji di wilayah Tumpang yang ikut program Insentif Bulanan Guru Quran (Ibuqu) yang diadakan oleh kantor saya, NH Malang. Tiap bulannya program ini memberikan uang sebesar Rp. 100.000,- pada para guru ngaji di Malang Raya seperti Pak Zuri. Hingga saat ini sudah sekitar 250 orang yang bergabung dalam Ibuqu.

“Santrinya Pak Zuri sekarang berapa pak,” tanyaku.

“Sekitar 100 anak mas”

“Semuanya bapak yang handle?”

“Iya mas, mau siapa lagi?”

“Wah, gak capek tuh pak? Kenapa tidak cari ustadz lain untuk bantu Pak Zuri,”

“Kalau cari orang lain saya mau bayar pakai apa mas? Wong anak-anak itu mengaji disini juga saya gratiskan, gak pake iuran. Ya, kalau mau ada yang bantu ngajar disini sih gak apa-apa, tapi syaratnya lillahita’ala,” jelas Pak Zuri.

Terus terang saya dibuat garuk-garuk kepala. Masih saja ada orang yang mau berbuat kebaikan untuk orang lain tanpa minta imbalan. Insentif dari NH saja seringkali dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar mengajar santrinya. Bukan untuk beli beras atau kebutuhan pribadinya.

Pak Zuri adalah salah satu contoh dari sekian banyak orang yang perannya besar di masyarakat namun sering terabaikan. Statusnya sebagai guru ngaji mungkin sangat remeh bagi kita. Tapi sesungguhnya orang-orang seperti Pak Zuri ini layak disebut pahlawan. Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendekatan agama. Dan point terpentingnya, semua itu dilakukan tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan imbalan berupa materi. Walaupun kondisi ekonomi pria asli Tumpang ini tidak bisa dikatakan cukup.

Pahlawan, apa itu arti pahlawan? Diambil dari bahasa Sansekerta, phala-wan, yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama. Dengan kata lain pahlawan bukan hanya mereka yang gugur di medan perang saat penjajahan saja. Tapi pahlawan adalah siapapun yang mau berbuat sesuatu untuk membangun bangsa.

Lalu bagaimana kalu kita berbuat. Berbuat sesuatu yang bisa merubah keadaan lebih baik. Bahasa maduranya, Let’s change the world. Dan ketika itu disampaikan maka kebanyakan jawaban kita adalah, “serius amat yaaaahhh”.

“Ciyus, miapah?”

“Ngrubah dunia? Ngerubah diri sendiri aja susah kalee”

“Saya cuma rakyat kecil”

“Saya cuma mahsiswa”

“Saya cuma pegawai biasa”

“Saya cuma ini, Saya cuma itu…..”

Itulah beberapa contoh jawaban kita untuk lari dari tanggung jawab. Kalau kata Nasional.Is.Me karangannya Pandji, kita terlalu sering merendahkan diri kita dengan kata cuma, susah, gak mungkin dan sejuta kalimat pesimis lainnya.

Sejarah mengajarkan pada kita bahwa “gak mungkin” kita menang lawan sekutu yang saat itu persenjatannya super canggih. Dan, ternyata kita bisa mempecundangi mereka tuh. Atau pikir lagi deh, apa mungkin 1128 suku bangsa bisa membentuk suatu negara kesatuan. Buktinya bisa tuh, Indonesia.

Siapapun dan apapun profesi kita, kita punya kesempatan yang sama untuk menjadi pahlawan. Pak Zuri orang dengan penghasilan minim saja bisa punya kontribusi besar untuk lingkungannya, kenapa kita tidak? Bayangkan kalau anda dosen, penghasilan anda mungkin sepuluh kali lipat penghasilan Pak Zuri. Belum lagi sumber daya di kampus itu melimpah ruah, baik dana maupun sumber daya inteleqtualnya. Apa itu masih kurang untuk memberikan sesuatu perubahan?

Pun sama dengan anda yang pegawai kantoran. Gaji anda tiap bulan dan akses anda dengan klien kantor, saya kira sudah bisa jadi modal yang cukup kuat untuk menghasilkan karya yang bisa dinikmati masyarakat.

Bahan kalau anda hanya mahasiswa sekalipun, tetap saja modal anda merubah kondisi lingkungan sosial tetap terbuka lebar. Jangan remehkan you punya otak dan tenaga hei mahasiswa.

Setiap orang dilahirkan untuk menjadi pahlawan. Sekarang pilihan ada pada kita. Apakah kita mau menggunakan potensi itu atau justru menyerah pada keadaan, lalu membuangnya begitu saja.

There’s a hero,
If you look inside your heart,
You don’t have to be afraid of what you are,
There’s an answer,
If you reach into your soul,
And the sorrow that you know will melt away.

(Hero – Mariah Carey)

Selamat Hari Pahlawan, Kawan!

Belum Ada Ide

November 8, 2012 1 komentar

Bertekat untuk membuat sehari satu tulisan ternyata gak mudah cuy. Buktinya dari tadi saya cuman gulung-gulung ditemani Chiki Ball dan teh bandulan, gak nemu-nemu juga idenya.

Sebenernya pengen juga nulis fiksi tapi saya gak bakat yg begituan. Pengen nulis soal opini, nah itu tadi, sedang gak ada sesuatu yang penting untuk dikomentari. Mau cerita soal pengalaman menarik hari ini, hari ini saya terus di depan komputer nyelesaiin laporan kantor. Susah khan?

Akhirnya nyoba nyari inspirasi di twitter isinya cuma begitu-begitu saja. Orang galau, k-pop, bola, gombalan basi, dan info-info seputar kota. Terlalu mainstream untuk dibahas. Mungkin ada sih yang twitnya bagus banget soal fiksi dan roman, tapi gaya tulisannya susah diduplikasi. Lagipula stylenya beda banget dengan style nulis saya.

Capek di twitter akhirnya nyoba nimbrung di grup. Dan lagi-lagi, entahlah. Di grup WA saya anak-anaknya menyenangkan. Hanya saja bahasan mereka terlalu monoton dan diulang-ulang. Paling kalau gak mengeksploitasi soal kegalauan ya saling modus karena diantara mereka banyak yang jomblo. Sapa tahu bejo dan klik. Tapi wajar sih, manusiawi banget. Ha ha ha ha.

Namun kembali lagi soal ide tulisan di blog. Saya butuh topik yang bener-bener gila, yang berfungsi sebagai triger agar jemari saya bisa menari disko di keypad.

Sekarang saya mau tidur. Siapa tahu ada inspirasi di dunia mimpi.

Kategori:Tentang saya Tag:, ,

James Bond, Jason Bourne atau Ethan Hunt Yang Lebih Hebat?

November 7, 2012 Tinggalkan komentar

Salah satu film yang paling diminati pasar adalah film aksi dengan tema agen rahasia. Bahkan film tentang agen mata-mata seperti James Bond, Bourne atau Mission Imposible selalu saja merajai Box Office.

Namun dari ketiga film tentang para agen rahasia ini kemudian muncul pertanyaan. Kalau misalnya karakter utamanya hidup di dunia yang sama, maka siapa yang lebih hebat antara James Bond, Jason Bourne atau Ethan Hunt? Berikut ini sedikit penjabaran tentang profil dari ketiga agen tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan.

James Bond

Karakter ini dibuat oleh Ian Fleming di tahun 1953. Diangkat ke layar lebar mulai tahun 1962 hingga sekarang (total 23 film). Diperankan oleh aktor-aktor terkenal di zamannya seperti Sean Connery, George Lazenby, Roger Moore, Timothy Dalton, Pierce Brosnan, dan yang terakhir Daniel Craig.

Pada dasarnya Bond selalu punya tiga ciri khas. Yang pertama adalah penampilan Bond yang seringkali berpakaian rapi dan memakai setelan jas mahal. Tampilan Bond yang perlente ini kadang membuat kita sedikit mengernyitkan dahi. Apa memang benar seperti ini Agen Rahasia? Apalagi Bond ini narsis abis. Kalau ditanya siapa namanya, gak pernah pake nama samaran. Langsung bilang, “Bond… James Bond”.

Ciri Khas Bond yang kedua adalah wanita-wanita cantik. Hasrat Bond akan wanita cantik ini juga cukup bikin geleng-geleng kepala. Dimanapun ada wanita yang menarik hatinya, gak peduli istri musuhnya kalo dia suka langsung deh…. (you know lah maksud I laaah).

Yang ketiga atau yang terakhir, Bond selalu lekat dengan peralatan canggih. Saat mengemban tugas dia benar-benar dimanja oleh gadget yang dibuat oleh Q. Mobil dengan komputerisasi paling mutakhir, pistol dengan pengenal sidik jari, pulpen yang bisa meledak, jam monitor, dll. Tapi walaupun Q selalu meminta benda ciptaannya dikembalikan dengan keadaan baik, Bond akan mengembalikan semuanya dengan keadaan rusak.

Di era Daniel Craig cerita dan karakter Bond mengalami perubahan yang cukup ekstrim. Masih tetap dengan kegemarannya memakai setelan yang rapi dan dikelilingi oleh wanita cantik namun Bond yang dulu agak malas kalo soal urusan berantem, kali ini digambarkan sangat maniak tonjok-tonjokkan. Bahkan boleh dibilang Bond sekarang adalah agen yang sangat brutal karena siapa saja yang berantem dengan Bond selalu berakhir dengan kematian. Ketergantungan Bond akan alat canggih juga mulai berkurang. Gadget yang dibawanya terkesan standard agen rahasia pada umumnya.

Dibalik sifatnya yang urakan dan seenaknya sendiri, Bond adalah agen yang punya dedikasi besar untuk negaranya. Beberapa kali Bond punya kesempatan untuk pergi dari hiruk pikuk dunia spionase yang membuatnya lelah. Tapi nasionalismenya selalu membuatnya kembali menerima tugas walau dengan kondisi tubuh yang mulai rapuh sekalipun.

Jason Bourne

Jason Bourne adalah sebuah gambaran agen yang berbeda 180 derajat dari James Bond. Bourne dikisahkan adalah seorang agen yang terbentuk oleh program rahasia Treadstone. Karena ada satu kesalahan Bourne tertembak dan mengalami amnesia.

Treadstone merasa terancam dengan kegagalan Bourne menjalankan misi. Untuk itulah mereka memburunya untuk dilenyapkan. Namun walaupun Bourne dalam kondisi amnesia, dia tetaplah agen yang berbahaya. Terbukti para agen yang dikirim untuk membunuhnya selalu mati.

Karena merasa pengejaran terhadapnya tidak akan selesai kalau dia belum menemukan akar permasalahan, Bourne yang pada mulanya dikejar pun malah mengejar balik. Perlahan tapi pasti dia memburu orang-orang dibalik Treadstone.

Berbeda dengan James Bond yang cenderung “narsis”, Bourne selalu bekerja dengan sembunyi-sembunyi, membaur dengan sekitar, dan terencana. Bahkan dalam beberapa aksinya Bourne selalu menghapus jejak agar menyulitkan pemburunya untuk mengejar. Gaya perkelahian Bourne yang mengadaptasi Krav Maga, juga jadi daya tarik. Cepat, tepat, akurat.

Ethan Hunt

Kalau Bond dan Bourne suka beraksi solo, maka Ethan Hunt adalah agen yang selalu bekerja dalam tim. Setiap kali mendapat misi dari atasannya, Hunt diminta untuk memilih sendiri anggota tim-nya. Tidak selalu harus agen, orang yang dipanggil Hunt bisa dari kalangan dan profesi manapun. Selama itu bisa membuat misinya berhasil.

Hunt adalah orang yang sangat terencana. Steb by step tugasnya selalu dipersiapkan dengan matang. Tidak hanya jago berantem dan menguasai taktik spionase, Hunt juga seorang ilmuan yang cukup handal. Salah satu aksinya untuk menyelinap ke Burj Dubai membuatnya harus menghitung perhitungan matematis yang cukup rumit agar dia bisa selamat.

Setiap misi yang dilakukan olehnya tidak akan diakui oleh pemerintah. Kalau berhasil dia hanya akn mendapat bayaran tanpa penghargaan dan publikasi, kalau gagal keberadaannya akan disangkal.

Peralatan yang dimiliki oleh Hunt dan timnya terbilang sangat canggih dan revolusioner. Bahkan peralatan dar divisi Q akan terlihat seperti mainan anak-anak kalau dibandingkan dengan milik Hunt.

So dengan ketiga penjelasan diatas, siapa yang terhebat? Apakah Bond dengan style-nya yang parlente dan glamour tapi punya jiwa nasionalis yang tak terbantahkan? Atau Bourne yang ahli dalam beladiri tangan kosong dan senjata api, rapi dalam setiap pekerjaan, dan tentu saja mematikan? Atau mungkin Ethan Hunt yang punya tak tik sangat baik dan piawai dalam bekerja membangun team. Andalah yang menentukan.

Ketika Hidup Terencana dan Tepat Waktu Menjadi Salah

November 7, 2012 Tinggalkan komentar

Dulu saya adalah orang yang serampangan dalam menentukan schedule. Bahkan urusan molor janjian itu sudah biasa. Namun gaya hidup seperti itu mulai saya tinggalkan saat masuk dalam dunia kerja.

Dalam dunia kerja kita memang dituntut untuk selalu terencana. Karena kalau tidak, job anda akan berantakan. Dan saat job berantakan yang merasakan kerugian dan efek buruknya bukan kita saja. Melainkan perusahaan dan klien tentu saja.

Gaya hidup dalam pekerjaan mulai saya coba bawa dalam kehidupan sehari-hari. Time schedule benar-benar saya jalankan. Tiap janji baik itu yang berhubungan dengan pekerjaan maupun dengan urusan pribadi selalu saya catat. Tujuannya agar semua terukur dan tidak bentrok jadwalnya. Selain itu saya juga menjalankan manajemen prioritas. Hal-hal yang sekiranya tidak urgent saya eliminir.

Namun gaya hidup teratur ini tidak selamanya mendapat respon positif dari pergaulan dan lingkungan kita. Terkadang kita malah dianggap kaku dan grasa-grusu. Aneh… Tapi itulah yang memang saya rasakan. Apalagi dengan adanya teknologi informasi yang berkembang pesat. Merubah rencana, telat, atau bahkan mangkir dari janji tinggal kirim pesan pendek, bbm, watsapp, atau apalah. Dan itu jadi hal yang lumrah atau “dibenarkan” tanpa melihat efek sampingnya.

Pada akhirnya saya mempertanyakan, apa saya sebaiknya merubah diri dan menyesuaikan dengan lingkungan? Atau saya sebaiknya tetap walau resikonya harus terasing.

Skyfall : Gue Harus Bilang Wow Sambil Koprol

November 6, 2012 Tinggalkan komentar

Saya bukanlah seorang penggemar James Bond. Karena bagi saya James Bond adalah penggambaran agen mata-mata paling absurd. Maniak sex, suka pamer (padahal katanya agen rahasia), dan terlalu tergantung dengan gadget canggih.

Namun pandangan saya mulai berubah saat Bond diperankan oleh aktor Daniel Craig. Gimana nggak? Tampang Craig yang terkesan bengis sejatinya malah cocok jadi villain-nya eh malah didapuk jadi agen yang terkenal doyan tampil perlente ini. Dan setelah nonton lewat keping VCD-nya di tahun 2006an, saya pun mulai merasa bahwa Bond ini asik juga diikuti. Walaupun saat itu saya masih menganggap Jason Bourne adalah film agen rahasia terbaik.

Dan di tahun 2012 ini, Bond telah masuk di film ke tiga pada era Craig. Judulnya cukup singkat, Skyfall. Bandingkan dengan dua seri terdahulunya Casino Royale (with Dono and Indro) serta Quantum of Solace (featuring Hadad Alwi), ok itu saya agak ngarang.

Skyfall jadi film Bond pertama yang saya tonton di bioskop. Namun awal adegannya membuat saya cukup cemas. Khawatir kalau film ini bakalan “datar”, membosankan, dan tidak punya kejutan. Setelah ini saya bakal spoiler abis. Bagi anda yang belum nonton sebaiknya jangan diteruskan bacanya.

Adegan Skyfall dibuka dengan pengejaran Bond pada orang yang mencuri harddisk berisikan data identitas seluruh agen NATO yang menyamar di jaringan radikal. Adegan kejar-kejaran ini mengambil latar belakang di Turki (grand Bazar serta atap-atap perumahan di Istanbul). Disinilah saya mulai agak sedikit kecewa karena setting lokasinya sama dengan Taken 2. Walaupun secara teknis berbeda tapi jadi merasa Deja Vu. Apalagi Skyfall dan Taken 2, nongol ditahun yang sama dengan selisih kurang dari dua bulan saja.

Tapi kekecewaan saya di awal sepertinya terobati pasca adegan Bond tidak sengaja tertembak oleh rekannya, Eve. Bond yang disangka mati akhirnya memulai kehidupan baru yang jauh dari hiruk pikuk dunia spionase.

Saat Bond menghilang, rupanya MI6 sedang digoncang oleh musuh tak terlihat. Kantor mereka diledakkan di siang bolong. Kejadian ini membuat Perdana Mentri memanggil M sebagai penanggung jawab MI6. Ditengah tekanan pemerintah dan ancaman musuh meningkat kepada MI6, beruntung Bond kembali dan berjanji akan mencari dalang dibalik caos yang melanda tanah Britania.

Tapi niat Bond kali ini tidaklah mudah. Dia harus berhadapan dengan penjahat cerdas dan super licik yang tak lain adalah mantan agen MI6, Raoul Silva. Silva bukanlah penjahat Bond tempoe doloe yang doyan menguasai dunia. Motif pria pirang ini cukup sederhana, dendam kepada bosnya dulu, M. Punya sifat bertolak belakan dengan Bond yang suka adu fisik, Silva lebih suka melakukan aksinya lewat keahliannya dalam komputer. Namun perbedaan karakter inilah yang membuat pertempuran keduanya jadi asik untuk diikuti.

Sam Mendes sang sautradara Skyfall memang telah memberikan warna yang baru pada film Bond ke 23 ini. Bond dibuat tetep dengan style khas galamornya di bagian luar, namun punya sisi rapuh di bagian dalam. Pendekatan model begini mengingatkan saya dengan Trilogi Dark Knight. Dan benarlah dugaan saya saat dalam sebuah wawancara, Mendes mengatakan Bond buatannya akan dibuat dengan pendekatan Batman ala Nolan. Kondisi ini juga semakin terlihat dengan “kegilaan” tokoh Silva yang diperankan Javier Bardem hampir punya rasa Joker versi Heath Ledger.

Skyfall juga menyajikan banyak hal yang tak terduga. Sepertinya munculnya tokoh Q yang digambarkan masih sangat muda dan rada nyiur melambai, dipakainya Aston Martin DB 5 yang merupakan mobil Bond di era Gold Finger, dan serta beberapa Jokes di beberapa bagian yang lucu sih.

Nilai plus juga harus saya tambahkan pada soundtrack Skyfall yang dibawakan oleh Adele. Soundtracknya Bond banget lah pokoknya. Selain itu teknik pengambilan gambar di film ini juga benar-benar memanjakan mata. Kemegahan tiap set tempat selalu ditampilkan dengan apik, mulai saat syuting di Turki, China, Inggris, sampai Skotlandia.

Mmmm…. bagi saya Skyfall adalah film Bond dimana saya memang harus bilang wow sambil koprol. 143 Menit durasi film ini telah membuat saya lupa kalo saya adalah penggemar Bourne (kompetitornya Bond). 8,5 dari 10 untuk nilainya.

Penakluk Calon Mertua Sejak Jaman Kompeni

November 5, 2012 Tinggalkan komentar

image

Salah satu hal yang selalu diingat orang saat mau ketemu calon mertua adalah “Martabak”. Saya sendiri heran kenapa harus Martabak. Apa karena bentuknya kotak kaya muka bapak-bapak yang galau karena anaknya belum laku? Entahlah.

Pun demikian Martabak ini konon adalah makanan paling ampuh untuk meluluhkan hati mertua. Bahkan sejak jaman kompeni, dimana jaman itu Si Pitung masih doyan futsal (halah). Coba liat deh, begitu martabak berpindah tangan maka izin jalan dengan pacar pun di acc. Ibarat kata sinetron, ini judulnya Putri yang ditukar…….. dengan Martabak. Tega……tegaaaaaaahnya kau papaaaah.

Namun perlu diingat sodarah-sodarah, gak selamanya Martabak bisa jadi senjata yang ampuh untuk meluluhkan hati mertua. Apalagi kalau mertuanya juga juragan martabak. Trus kita ngasihnya martabak buatan kompetitornya. Wah bisa dilempar codet kepala kita. Mending cari alternatif lain deh! Martabak Itali (Pizza) atau Maicih level 10 juga boleh dicoba.

Ingatlah kata para pendiri bangsa, harkat dan martabak harus tetap dijaga…… Nngggg….. Itu martabat ya? Ya terserahlah. Tapi jangan kaget kalau suatu saat nanti akan ada outlet “Jajanan Penakluk Calon Mertua”. Karena itu saya yang punya. Itu sebagai bentuk kepedulian saya bagi yang kesusahan dapat restu dari Camer.

Btw….. Kamu wanita cantik yang lagi baca, Boleh gak aku bawain martabak untuk bapak kamu….. :p

Balikan Nih Yeeeee

November 4, 2012 2 komentar

Sejak keranjingan main jejaring sosial macam Facebook dan twitter sepertinya saya jadi jarang memperbarui blog. Alhasil blog saya ini jadi berdebu dan penuh sarang laba-laba he he he.

Memang sih, FB atau twitter lebih asik untuk dimainkan. Kita cukup nulis ala kadarnya dan respon dari orang akan berdatangan sebegitu mudahnya. Bandingkan dengan ngeblog! Bikin tulisannya setengah mampus eeeh kok ndilalah no response.

Lebih-lebih, kini ada aplikasi jejaring sosial di smartphone seperti BBM, Whatsapp, dan LINE. Tinggal ngoceh dengan teman anda dijamin anti mati gaya deh.

Namum segala kemudahan selalu memiliki dampak. Kita boleh merasa interaksi dan transfer informasi jadi lebih cepat. Tapi di sisi lain kecepatan itu malah mengurangi kualitasnya. Yaaah… liat saja tulisan-tulisan yang kita share jadi semakin ngasal, informasinya setengah-setengah, dan terkesan tidak ada sentuhan “nilai”.

Sudah dapat ditebak apa yang terjadi selanjutnya. Kita jadi kurang bisa tepo seliro, salah tangkap pembicaraan, lebih sensitif saat ada perbedaan, dan akhirnya berantem karena pembicaraan yang seharusnya bisa dibicarakan dengan baik.

Dampak buruk tadi ada, karena kita dengan adanya kemudahan informasi dan interaksi jadi dituntut untuk reaksioner. Yang penting ditanggepi, yang penting bisa jawab, yang penting gak kalah omong. Kita pun mengabaikan waktu untuk berfikir jernih dan menanggapi segalanya dengan bijak.

Pemikiran tadi telah membawa saya kembali ngeblog. Tentunya disamping alasan lain sih. Diantaranya karena saya kalah produktif dari teman saya Fahrur dan Tya, padahal saya sepertinya lebih kawakan di dunia blog ho ho ho ho. Dan faktor lainnya karena seorang penulis bernama Nita. Baik tulisannya di blog miliknya ataupun di twitter selalu saja keren. Simpel tapi daleeeeeeem. Saya pun jadi kegatelan buat nulis lagi.

Jadi ini ceritanya saya balikan nih yeeeee….. balikan nge-blog.