Arsip

Posts Tagged ‘sosial’

DILEMATIKA BUKBER MASA KINI

Agustus 25, 2010 5 komentar

Tahu Bukber kan…? Yang jelas beda jauh dengan Puber. Dan semakin gak nyambung kalo anda mengaitkannya dengan penyanyi remaja yang sedang tenar, Justin Bukber (Bieber kaleeee). Bukber yang saya maksud disini adalah singkatan dari Buka Bersama. Sebuah acara yang tampaknya sudah menjadi tradisi saat bulan puasa tiba.

Entah sejak kapan tradisi ini mulai muncul. Namun Bukber telah menjadi kebiasaan sekelompok masyarakat dari berbagai macam profesi. Mulai dari teman sekolah, rekan seprofesi, teman satu pengajian, teman satu organisasi, dll. Kalangan pejabat pun telah menjadikan Buka Bersama sebagai sarana untuk merangkul dan mendinginkan suhu politik yang biasanya memanas. Bahkan Presiden Obama (preesidennya Amrik) mengadakan pula Buka Bersama dengan perwakilan kaum muslim sambil menyatakan dukungannya untuk mendirikan Masjid di Ground Zero.

Buka Bersama memang memiliki sebuah nilai yang positif dan luar biasa saat dilakukan dengan cerdas dan baik. Bukber dapat menjadi ajang silaturahmi bagi orang-orang yang sebelumnya sangat sulit bertemu. Buka bersama juga bisa menjadi pelepas ketegangan dari rutinitas pekerjaan atau sekolah yang kadang menjemukan.

Namun tak selamanya buka bersama bernilai positif. Akhir-akhir ini saya malah melihat bahwa Buka Bersama tidak lagi menjadi ajang yang menyejukkan. Banyak alasan kenapa saya bilang “tak lagi menyejukkan”. Entah itu ditinjau dari sisi tempat pelaksanaan, dari banyaknya uang yang dikeluarkan, dan tentu saja konsep acara yang terkadang jadi ajang adu prestis sebagian orang.

Dari sisi tempat selalu saja tempat-tempat “wah” yang dipilih. Entah itu Café, restoran mahal, ato restoran cepat saji. Dan tentu saja saja pilihan lokasi akan berimbas cukup berat pada ongkos. Bagi orang yang mampu dan punya penghasilan gedhe, okelah hal itu tidak akan jadi masalah. Tapi bagi seorang yang berpengasilan kecil atau bahkan Jobless ini bisa jadi kiamat Sughro. Ibarat memakan buah simalakama tak ikut khawatir dianggap sombong dan akhirnya dikucilkan, kalo ikut mungkin jatah Buka kali itu digabung dengan jatah sahur atau bahkan buka esoknya.

Dilihat dari sisi konsep, seringnya Buka Bersama pada masa kini hanya sekedar berkutat pada 3 hal. Datang, ngobrol, dan makan. Tak ada misi-misi “unik” dan “menantang”, apalagi mengingat acara ini diadakan di bulan Ramdhan. Seolah tak ada bedanya Buka Bersama dengan Makan Bersama di hari-hari biasa.

Saya teringat beberapa tahun yang lalu, atau tepatnya di tahun 2006. Puasa tahun 2006 merupakan salah satu bulan puasa paling mengesankan bagi saya. Saat itu saya masih terdaftar sebagai mahasiswa D3 Politeknik Negeri Malang.

Suatu saat kakak tingkat saya mengajak saya dan salah seorang teman saya untuk ikut Buka Bersama dengannya. Awalnya saya mengira itu adalah buka bersama seperti biasa dimana acaranya sebatas makan-makan dan kumpul-kumpul. Namun saya mulai heran ketika menuju TKP kami mengambil dua nasi bungkus sebanyak dua keresek besar penuh. Aneh karena jarang-jarang menu makan Bukber adalah nasi bungkus.

Dan keheranan saya pun menjadi-jadi saat tiba di lokasi tujuan yang ternyata adalah Panti Asuhan. Rupanya kakak tingkat saya itu, sengaja mengadakan acara Bukber ini sebagai wujud syukurnya karena sesaat lagi dia akan menghadapi Ujian Akhir.

Buka bersama itu berlangsung sederhana. Hanya dibuka sedikit sambutan dari kepala panti dan dari kakak tingkat saya. Serta tak lupa lantunan ayat suci yang dibacakan dengan indah oleh salah seorang anak panti. Namun, acara itu berubah menjadi sebuah pengalaman spirituil yang mengesankan di saat kami semua mulai menyantap Nasi Bungkus yang disuguhkan. Salah seorang anak panti yang berumur 11-12 tahun terlihat menangis tersedu-sedu. Alasannya karena baru kali ini dia makan sepotong ayam dan telur dadar yang besar dalam waktu bersamaan. Biasanya mereka hanya makan sepotong kecil ayam dengan sayur bayam. Atau malah hanya dengan tahu tempe dan sop. Dan kalau keuangan panti sedang seret tak jarang hanya nasi putih dan tempe.

Entah kenapa saya dan teman saya ikut sesegukan. Nasi bungkus Mak Cus yang sudah sering kami makan, tiba-tiba saja berasa seperti masakan mahal di resoran terkenal gara-gara peristiwa tadi. Dan itulah nasi bungkus terenak yang pernah saya rasakan hingga saat ini.

Saya salut dengan apa yang dilakukan kakak tingkat saya. Membuat sebuah momen Buka Bersama menjadi wisata spiritual yang tak terduga. Dan momen seperti inilah yang betul-betul saya rindukan.

Rekan-rekan sekalian, salah satu hikmah puasa adalah agar kita bisa merasakan dan berempati dengan apa yang dirasakan kaum dhuafa. Bila kita mampu mendapati hikmah itu, jalan untuk menjadi manusia yang bersyukur akan terbuka lebar. Dan bukankah Allah mencintai orang-orang yang bersyukur.

Tidaklah dilarang mengadakan buka puasa bersama. Namun kenapa kita tak mencoba menjadikan momen itu sebagai sarana yang justru mendekatkan kita pada Sang Pemberi Nikmat dan juga orang-orang tak mampu di sekitar kita…..

(Ditulis karena pembicaraan dengan seorang kawan baik)